Arca Duga
Arca ini berdiri di atas kerbau, bertangan delapan, masing-masing memegang akra, kadga (pedang), busur dan anak panah, sangkha (siput) dan tangan lainnya memegang rambut Asura. Arca ini adalah “sakti” dewa Siwa dalam bentuk Ugra (menakutkan). Penggambaran tersebut sesuai dengan kitab Purana. Durga juga disebut Dewi Mahatajam yang memegang semua laksana para Dewa. Menurut mitologinya, Durga tercipta akibat kemarahan para Dewa. Durga dilukiskan sebagai Dewi yang cantik dan Asura manusia biasa.
Asal: Bandung
No.Invent.: 04.224
Arca Gagajahan
Digunakan untuk menyimpan sesajen atau pedupaan dalam upacara pada masa Hindu. Ditemukan di Desa Cimara, Kecaatan Cibingbin, Kuningan.
Bata Candi Karawang
Merupakan fragmen dari struktur bangunan Percandian Batujaya, Karawang. Batu yang digunakan sebagai bahan bangunan candi dibuat dari tanah liat yang diberi campuran (temper) kulit padi. Berdasarkan ciri-ciri yang tampak dari struktur bangunan dapat diketahui dengan jelas latar belakang keagamaan di kompleks percandian Batujaya yaitu agama Budha Mahayana berasal dari daerah India Utara, khususnya dari Nalanda.
Yantra
Sebagai salah satu media yang digunakan dalam upacara keagamaan terutama dipakai para pendeta Budha.
No. Invent.: 04.956-957
Asal: Bogor
Votif Tablet
Berbentuk empat persegi panjang terbuat dari tanah liat bakar. Sisi-sisi materai memilki bingkai dan pada bagian tengah terdapat relief Budha Amithaba dengan atau tanpa tulisan di bawahnya. Materai yang ditemukan rata-rata berukuran panjang 6 cm, lebar 4 cm, dan tebal 8 mm. Relief BUdha terdiri dari masing-masing tiga tokoh Budha. 3 tokoh pertama (bagian bawah), satu dalam posisi duduk dengan kedua kaki terjuntai dan sikap tangan Dhyanimudra serta diapit dua tokoh lainnya yang berdiri dalam sikap Tribhanga. Tiga tokoh kedua terletak di bagian atas tokoh pertama, duduk bersila dengan sikap tangan Abhayamudra.
Arca Kepala Budha
Arca kepala Budha ini digunakan sebagai perlengkapan ibadah pada upacara keagamaan umat Budha.
No. Invent.:
Asal: Batu Jaya, Karawang
Arca Siwa Mahadewa
Laksana (ciri): Ardhacandrakapala (bulan sabit di bawah sebuah tengkorak, yang terdapat pada mahkota jatamakuta); mata ketiga di dahi; upawita ular naga; cawat kulit harimau yang dinyatakan dengan lukisan kepala serta ekor harimau pada kedua pahanya; tangannya empat, kanan atas memegang aksamala (tasbih), tangan kanan terputus sebatas pergelangan tangan, tangan kiri atas memegang camara (penghalau lalat), dan tangan kiri bawah terputus sebatas pergelangan tangan. Di bagian belakang kepala terdapat sirascakra yang menandakan dia sebagai dewa.
Arca Brahma
Brahma adalah Dewa pencipta, ia dipandang sebagai salah satu sebutan Tuhan dalam konsep Agama Hindu bergelar sebagai Dewa pencipta. Berkepala empat pada tiap penjuru mata angin, mengenakan mahkota agung jatamakuta bertangan empat.
No. Invent.: 04.920
Asal:
Arca Nandi
Nandi atau sapi jantan dalam miros Hindu merupakan kendaraan atau wahana tunggangan Dewa Siwa diperkirakan peninggalan masa Hindu-Budha yang berkembang di Jawa Barat pada abad ke-4 hingga ke-14 M.
No. Invent.: 04.248 dan 04.249
Asal: Sagalaherang Subang
YONI
Yoni melambangkan Dewa Parwati (simbol kesuburan). Bila lingga dan yoni dipersatukan merupakan simbol kekuatan. Lingga dan Yoni digunakan sebagai salah satu perlengkapan upacara dalam agama Hindu.
No. Invent.: 04.896
Asal: Sukabumi
Arca Megalithik (replika)
Arca ini diperkirakan sebagai tokoh leluhur atau nenek moyang peninggalan masa Megalitik.
No. Invent.: 04.894
Asal: Citatah, Padalarang, Kab. Bandung
Arca Nenek Moyang
Arca ini merupakan perwujudan nenek moyang, dipergunakan sebagai media pemujaan
No. Invent.: 04.175
Asal: Ciwidey
Arca Nenek Moyang
Arca ini merupakan perwujudan nenek moyang, digunakan sebagai media pemujaan terhadap nenek moyang.
No. Invent.:
Asal: Cirebon
Arca Gajah Tipe Megalithik
Arca ini digunakan sebagai salah satu media pemujaan masa Megalithik.
No. Invent.: 04.904
Asal: Pejambon Lor Cirebon
Lumpang Batu
Terbuat dari batu andesit fungsinya untuk menumbuk biji-bijian tanaman sebagai obat-obatan. Dipergunakan pada masa prasejarah khususnya pada masa perundagian.
No. Invent.: 04.339
Asal: Bandung
Lumbung Batu
Lumbung batu berbentuk menyerupai leuit berfungsi sebagai upacara kesuburan pada masyarakat masa prasejarah (megalitik).
No. Invent.: 04.895
Asal: Sukabumi
Arca Ganesha
Arca dengan sikap duduk diatas tapik berbentuk bulat dengan sikap duduk ardhaparyankasana (sikap duduk dengan posisi satu kaki bersila dan lainnya dilipat keatas) pada bagian atas kepalanya terdapat semacam tutup kepala, dengan rambut dibelah dua. Pada bagian dada terdapat upavita berupa tali polos. Dalam mitologi Hindu Ganseha adalah putra Dewa Siwa dengan Parwati. Tugas utama Ganesha adalah Dewa Ilmu Pengetahuan.
No. Invent.: 04.188
Asal: Karang Kamulyan, Ciamis
Arca Tipe Pajajaran (replika)
Berangka tahun 1263 Saka atau 1341 Masehi, ditulis dengan aksara Jawa Kuno. Diperkirakan arca ini penggambaran leluhur pada masa Megalithik.
Arca Wisnu Cibuaya
Arca bertangan empat, masing-masing memegang taksama. Tangan kanan belakang memegang cakra, tangan kirinya sangkha (siput). Tangan kanan depan memegang gada dan tangan kirinya kurang jelas. Masing-masing tangan memakai atribut gelang. Kepala arca Wisnu ini memakai mahkota yang disebut Kristamakuta dan dilengkapi kalung serta ikat pinggang. Dewa Wisnu ini sebagai dewa pemelihara biasanya berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat dan kesuburan.
No. Invent.: 04.329
Asal: Karawang
Momolo
Momolo biasa juga disebut mastaka merupakan pengunci atap yang melambangkan meru atau gunung, bermakna maha tinggi. Pada masa Hindu dipasang pada puncak bangunan suci. Setelah Islam berkembang, tradisi penggunaan momolo masih berlanjut di daerah Cirebon dan Banten untuk menghias atap bangunan masjid.
Asal: Majalengka dan Banten
Mahkota Ibu Padi
Mahkota dan gelang ini merupakan perhiasan yang dikenakan ibu padi (Dewi Sri) pada upacara “Mapag Sri” di Cikalong Tasikmalaya. Ketiga mahkota tersebut masing-masing menggambarkan (1) Raja, (2) Permaisuri, dan (3) Patih.
No. Invent.: 03.1443-146
Asal: Tasikmalaya
Jampana/ Tandu Garuda
Jampana adalah tandu untuk mengarak pengantin sunat pada masyarakat Cirebon pada abad ke-19-an, berjumlah dua buah, satu untuk laki-laki dan lainnya untuk perempuan. Jempana berhiaskan kepala burung (garuda). Berbada ular (naga), bersayap di bagian depan dan di bagian belakang ekor ular (naga) mencuat keatas. Pemakaian motif burung dan ular adalah pengaruh Hindu. Dalam mitologi Hindu, burung adalah lambang kekuasaan dan ular lambang kesuburan.
No. Invent.: 03.742.1 dan 03.742.2
Asal: Cirebon
Aksara Cacarakan, Bahasa Sunda Kuno
Aksara cacarakan bahasa Sunda kuno berkembang di Jawa Baat pada abad 15-16 M, pada awalnya digunakan untuk menuliskan bahasa sunda kuno, aksara Sunda kuno merupakan pekembangan dari aksara Pallawa yang mencapai taraf modifikasi bentuk khasnya sebagaimana yang digunakan naskah-naskah. Penggunaan aksara Sunda kuno dalam bentuk paling awal antara lain dijumpai pada prasasti-prasasti yang terdapat di Astana Gede, Kecamatan Kawaii, Kabupaten Ciamis, dan prasasti Kebantenan yang terdapat di Kabupaten Bekasi.
Pada umumnya masyarakat Jawa Barat hanya mengenak satu jenis yang disebut sebagai aksara Sunda. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa ada empat jenis aksara Sunda kuno, aksara Sunda Cacarakan, aksara Sunda Pegon, aksara Suna baku. Aksara Sunda Baku merupakan modifikasi aksara Suna Kuno yang telah disesuaikan sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk menuliskan bahasa Sunda kontemporer.
Al Qur’an
Al-Qur’an ditulis tangan ini ditulis pada tahun 1860 M/1276 H. Media tulis yaitu kertas Eropa yang ditandai dengan watermark Propatria Eendract Maakt MAct dan Countermark VDL. Al – Qur’an ditulis tangan ini disalin dengan Khat Naskhi. Pada beberapa halaman terdapat iluminasi berbentuk menara sebagai tanda peralihan Juz.
Naskah Abdul Jaelani
Naskah beraksara pegon, berbahasa Sunda isinya menerangkan biografi Syeikh Abdul Qodir Jaelani termasuk pengalamannya sampai pergi ke Bagdad. Kepintaran dan wawasannya yang luas menjadikan beliau dipercaya masyarakat sebagai pemberi satan dan pendapat dalam meluruskan berbagai hal yang kurang baik.
No. Invent.: (tdk terbaca)
Asal: Bandung
Naskah Babad Galuh Imbanagar
Teks ditulis dengan aksara Latin berbahasa Sunda dengan media tulis kertas pabrik bergaris. Pada kalimat pembukaan dijelaskan bawah teks digubah oleh Woranatadikoesoemah dalam bentuk prosa. Teks menceritakan tentang kerajaan Galuh dimulai dari Ratu Bondan yang berdiam di Bojonggaluh selanjutnya menjadi Galuh dan kemudian menjadi Kabupaten Ciamis. Selain itu, diuraika nama-nama pejabat di Galuh yang memerintah sejak tahun 1830 sampai dengan 1870 lengkap dengan peta lokasi Karangmulyan yang konon menjadi jejak kerajaan Galuh.
No. Invent.: 07.107
Asal: Bandung
Naskah Babad Panjalu
Teks ditulis dengan aksara latin berbahasa Sunda, digubah dalam bentuk prosa. Isi teks menceritakan tentang asal muasal Satu Lengkong Panjalu Ciamis.
No. Invent.: 07.76
Asal: Cirebon
Coverage ini dilakukan berdasarkan izin dari pihak UPTD Pengelolaan Kebudayaan Daerah Jawa Barat (lembar disposisi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, UPTD Pengelolaan Kebudayaan Daerah Jawa Barat, nomor Ag. 659, tanggal 18 Oktober 2022 atas surat yang diajukan The Heritage Opera, nomor surat 1/18/10 pada tanggal 18 Oktober 2022).
Comments